Sadar artinya berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun keadaan Tuhan Yang Maha Esa disebut TRIPURUSA, yaitu keadaan satu yang bersifat tiga:
TRIPURUSA (keadaan satu yang bersifat tiga)
Percaya adalah tali penghubung hamba dengan Tuhan Yang Maha Esa. Semua manusia harus mengakui kekuasaan Tuhan dengan dasar percaya. Tanpa rasa percaya tidak mungkin mengalir daya kekuatan Tuhan kepada hamba-nya.
Semua yang tercipta di dunia ini atas kehendak dan kekuasaan Tuhan. Oleh karena itu, manusia harus menyerahkan segenap tuntunan hidupnya hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Taat artinya melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan Tuhan Yang Maha Esa.
Melakukan perbuatan baik sesuai dengan bagian masing-masing dengan kesungguhan hati, secara cermat dan teliti atas nama Tuhan saja.
Rela artinya ketulusan hati dalam menyerahkan segala milik, hak, dan hasil karyanya kepada Tuhan dengan ikhlas. Seorang yang berwatak rela tidak lekat pada semua benda yang bisa rusak, tetapi bukan orang yang melalaikan kewajiban.
Narima artinya menerima dengan ketenteraman hati semua yang menjadi bagiannya. Tidak iri terhadap bagian yang diterima orang lain, tidak serakah, tetapi bukan orang yang enggan atau malas bekerja. Orang yang narima selalu bersyukur kepada Tuhan.
Jujur adalah menetapi janji atau kesanggupan, baik yang telah terucap maupun yang masih dalam batin. Seseorang yang tidak menetapi kesanggupannya (niatnya) berarti mendustai batinnya sendiri. Apabila kesanggupan (niat) tadi telah terlahir dalam kata-kata tetapi tidak ditepati, berarti kebohongannya telah disaksikan oleh orang lain. Orang yang jujur teguh pada kebenaran dan tidak dusta.
Sabar juga berarti bertindak sesuai dengan kemampuan secara teratur dan teliti, hingga tercapai apa yang menjadi cita-cita.
Budi luhur adalah semua perilaku atau perbuatan mulia, seperti: kasih sayang kepada sesama makhluk, rela, narima, jujur, sabar dan adil. Hal ini yang menjadi syarat agar tercapai kedamaian hati, ketenteraman dan kebahagiaan.
Paugeran merupakan kesaksian hamba bahwa hanya Tuhan yang harus disembah dan pengakuan hamba kepada kekuasaan Tuhan.
Paugeran harus diresapi oleh hamba dalam melaksanakan kehidupannya di dunia.
Panembah adalah wujud bakti hamba kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam melaksanakan panembah, hamba diberi kebebasan untuk melakukannya sesuai dengan keyakinannya dan kesucian hati.
Budi darma merupakan penjabaran kasih sayang kepada sesama hidup yang diwujudkan dengan memberi kebaikan/pertolongan secara ikhlas dan tanpa pamrih kepada siapa pun sesuai dengan kebutuhan yang ditolong dan sesuai dengan kemampuan yang menolong.
Agar mampu melaksanakan ketiga kewajiban tersebut, maka perlu dilandasi dengan mengekang hawa nafsu untuk mencegah perbuatan yang tidak baik. Pengekangan hawa nafsu dilakukan antara lain dengan mengurangi atau membatasi (brata) makan, minum, tidur, sahwat.
Budi luhur adalah semua perilaku atau perbuatan mulia kepada sesama makhluk yang dilandasi kasih sayang.
Jangan menyembah kepada yang bukan semestinya disembah, jangan mempertuhan yang bukan semestinya dipertuhan, seperti: berhala, ramalan, tempat-tempat yang dikeramatkan, perbuatan yang irasional lainnya.
Sesungguhnya kewajiban pria dan wanita adalah melaksanakan kehendak Tuhan untuk menjadi perantara turunnya Roh Suci dalam meneruskan keturunan. Untuk meneruskan keturunan harus dilakukan dalam ikatan pernikahan yang sah dengan kesusilaan dan kasih sayang. Oleh sebab itu, manusia harus berhati-hati, jangan hanya mengejar kesenangan sahwat.
Makanan atau minuman yang mengandung racun dan kebiasaan yang dapat menyebabkan rusaknya jiwa dan raga harus dihindari, misalnya: minuman beralkohol, narkoba, judi, dan kegemaran yang menyebabkan lupa akan kewajibannya.
Kalifatullah adalah wakil Allah yang berkewajiban untuk mengatur segenap warga negara agar dapat hidup sejahtera dalam kebersamaan. Peraturan perundang-undangan yang dihasilkan kalifatullah senantiasa dibuat untuk kepentingan bersama, maka wajib dipatuhi oleh seluruh warga negara.
Watak suka bertengkar itu sesungguhnya perilaku orang yang tidak mempunyai kepercayaan yang benar, karena semua umat manusia berasal dari satu Sumber Hidup, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, seharusnya manusia senantiasa hidup bersama dalam kerukunan. Hindarkan semua perilaku yang menyebabkan pertengkaran atau merusak persatuan, seperti: iri hati, fitnah, aniaya, membicarakan kejelekan orang lain, dan rasa permusuhan. Berusahalah mawas diri sebelum mencari kesalahan orang lain.
Pengetahuan tentang anatomi jiwa manusia (candra jiwa) dapat mengantar pada keseimbangan jiwa.
Keseimbangan jiwa dapat tercapai ketika angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu dapat sadar, percaya, dan taat. Untuk itu manusia perlu memahami fungsi dari angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsunya.
Prof. Dr. Soemantri Hardjoprakoso, seorang psikiater dan anggota Pangestu, ketika beliau mengambil gelar Doktor di Rijks Universiteit, Leiden pada tahun 1956 dengan disertasi yang berjudul: Indonesisch Mensbeeld Als Basis Ener Psychotherapie (Candra Jiwa Indonesia Sebagai Dasar Pengobatan Penyakit Jiwa). Beliau mengambil Pustaka Sasangka Jati sebagai acuan utama dalam penyusunan disertasinya.
Pada awalnya candra jiwa yang disusun Prof. Dr. Soemantri Hardjoprakoso dalam bidang ilmu psikologi dalam bernama Candra Jiwa Indonesia. Oleh karena saat itu (1956) beliau bangga sebagai anak bangsa Indonesia yang memaparkan tentang candra jiwa manusia di Negeri Belanda.
Sekembalinya ke tanah air, dan ketika menjelaskan candra jiwa di negeri sendiri, beliau ubah menjadi “Candra Jiwa Soenarto”. Oleh karena menurut beliau inspirasi candra jiwa manusia yang dibuatnya adalah dari Bapak R. Soenarto Mertowardojo.
Ide Bapak R. Soenarto Mertowardojo dan dilukis oleh Bapak Soebiakto.
Kereta Kencana merupakan perumpamaan anatomi jiwa manusia
Manusia ideal digambarkan dengan angan-angan (kusir) menyusun nafsu-nafsu sebagai motor penggerak, sesuai dengan keinginan Roh Suci (percikan cahaya Tuhan) berjalan di Jalan Benar sesuai kehendak Tuhan (Suksma Kawekas) disinari terang Utusan Tuhan yang Abadi (Suksma Sejati), maka kuda atau nafsu manusia harus diposisikan sebagai berikut : nafsu mutmainah di depan menggandeng nafsu sufiah, dengan demikian nafsu amarah dan nafsu luamah mengikuti memberi kekuatan.